Artikel Baru

Materi Syaja'ah (Berani Membela Kebenaran) dalam Mewujudkan Kejujuran

 

- KD. 3.5  Menganalisis Makna Syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam kehidupan sehari-hari

_ Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

• Meyakini bahwa Islam mengharus-kan umatnya untuk memiliki sifat syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran

• Menunjukkan sikap syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran

• Mengidentifikasi gambar, peristiwa, atau fenomena alam terkait dengan Syaja’ah (berani membela kebenaran).

• Memahami dalil-dalil tentang Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Menganalisis hikmah dan manfaat dari sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Menganalisis makna Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Menganalisis ciri-ciri orang yang memiliki sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Mengidentifikasi tanda-tanda orang yang memiliki sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).

• Mengidentifikasi dalil-dali yang berkaitan dengan Syaja’ah (berani membela kebenaran)..

• Mengidentifikasi hikmah dan manfaat Syaja’ah (berani membela kebenaran).

• Menyimpulkan hikmah dan manfaat sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).

• Menyajikan paparan tentang makna, dalil, dan contoh sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Menyajikan paparan tentang hikmah dan manfaat dari sifat hikmah dan manfaat sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).


- Materi Pembelajaran

Syaja’ah (berani membela kebenaran)

• Dalil-dalil tentang Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Hikmah dan manfaat dari sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Makna Syaja’ah (berani membela kebenaran). 

• Ciri-ciri orang yang memiliki sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).


A. Syaja'ah (Berani Membela Kebenaran) dalam Mewujudkan Kejujuran

Salah satu sifat terpuji yang harus kita miliki adalah syaja'ah, kata syaja'ah secara etimologis berarti keberanian, merupakan kata bentukan (maşdar) dari kata kerja - Secara istilah, menurut Imam Ghazali syaja ah adalah "ketaatan kekuatan emosi terhadap akal pada saat nekat atau menahan diri. Menurut pendapatnya syaja'ah merupakan salah satu dari empat induk akhlak yang harus dimiliki oleh orang yang beriman, yaitu: kebijaksanaan (al-hikmah), keberanian (asy-syaja'ah), penjagaan diri (al-'iffah) dan keadilan (al-'adl). Dengan demikian, syaja'ah dalam pandangan Al-Ghazali mencakup makna kekuatan akal sehat dalam mengendalikan nafsu agar tidak berbuat sekehendaknya. Arti lain dari syaja'ah adalah berani yang bukan berarti berani menentang siapa saja dengan tidak memedulikan benar atau salah, dan tidak juga berani mempeturutkan hawa nafsu, akan tetapi berani yang didasari kebenaran dan berbuat menurut pertimbangan akal sehatnya. Orang yang memiliki sifat syaja'ah disebut syuja (pemberani).


Lawan dari kata syaja'ah adalah jubun atau jabanah yang berarti lemah hati (pendirian) dan takut. Orang yang memiliki sifat jabanah disebut Jabban (yang sangat penakut/pengecut). Penakut adalah sifat tercela, sifat orang yang tidak benar-benar takut kepada Allah Swt. Pada perilaku syaja'ah mengandung makna kesabaran. Seseorang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani.


Beberapa perilaku yang mencerminkan sifat syaja'ah dan menyiratkan nilai kejujuran di antaranya adalah:


1. Berani berkata benar walaupun di hadapan penguasa yang zalim. Kebenaran yang disampaikan di hadapan penguasa yang zalim hanya dapat dilakukan oleh para pemberani. Sementara para Jabban (pengecut) hanya akan menyampaikan apa yang diinginkan oleh penguasa.


2. Berani mengakui kesalahan diri. Pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang tidak pernah bersalah, masalahnya hanya ada yang berani mengakui dan ada yang tidak berani mengakui kesalahan tersebut. Berani mengakui kesalahan merupakan salah satu indikator dari perilaku syaja'ah dan jujur. Dengan kejujuran yang ada dalam diri seorang muslim akan mendorongnya untuk berani mengatakan yang sebenarnya. Sementara mengakui kesalahan tidak akan dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki kejujuran, meskipun ia memiliki keberanian untuk melakukannya.


3. Bersikap objektif terhadap diri sendiri, artinya menyadari bahwa sebagai seorang manusia, ia memiliki sisi kelebihan dan sisi kekurangan. Tidak berlebihan dalam keberanian yang dapat menimbulkan sifat ujub dan takabur, merasa dirinya hebat dan merasa minder, merasa tidak apa-apa. 

4. Dapat menahan nafsu ketika marah, seseorang dikatakan berani apabila mampu mengendalikan nafsu amarahnya,


5. Senantiasa senang melakukan perbuatan baik. Karena pada dasarnya setiap manusia apabila diperlakukan secara jujur akan sangat senang, sementara sangat akan marah dan benci apabila dibohongi. 


6. Berupaya dengan sekuat tenaga untuk senantiasa menerapkan keberanian beperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.


Adapun faktor-faktor seseorang memiliki perilaku syaja’ah adalah 

1. Adanya kepada Selama seseorang bahwa yang dilakukannya dalam rangka menjalankan perintah Allah, maka tersebut tidak akan takut kepada siapapun kecuali Swt.


2. Lebih mencintai kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. karena kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir bagi seorang yang beriman. Akan tetapi, kehidupan dunia hanya sebagai jembatan menuju akhirat.


3. Adanya perasaan tidak takut mati, karena datangnya ajal adalah suatu hal yang pasti, cepat atau lambat setiap manusia pasti menemui kematiannya.


4. Tidak pernah ragu dengan kebenaran, karena salah satu penyebab adanya rasa takut adalah keraguan, sedangkan jika yakin yang muncul adalah keberanian.


5. Jangan menomorsatukan kekuatan materi, kekuatan materi memang diperlukan dalam perjuangan, akan tetapi kekuatan materi bukanlah segala-galanya, hanya Allah yang mampu menentukan segala sesuatunya.


6. Biasakanlah untuk bersikap tawakal dan yakin akan adanya pertolongan dari Allah Swt. Seseorang yang berjuang untuk kebenaran tidak pernah merasa takut, karena setelah berusaha dengan gigih semuanya akan diserahkan hanya kepada Allah Swt. dan senantiasa memohon pertolongan dari Allah Swt.


Menurut Ibnu Miskawih, sifat syaja'ah mengandung keutamaan-keutamaan sebagai berikut..

1. Jiwa besar, yaitu sadar akan kemampuan diri dan sanggup melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Bersedia mengalah dalam persoalan kecil dan tidak penting. Menghormati tetapi tidak iri hati terhadap orang lain.

2. Tabah, yaitu tidak goyah pendirian, bahkan setiap pendirian keyakinan dipegangnya dengan mantap.

3. Keras kemauan, yaitu bekerja sungguh-sungguh dan tidak berputus asa serta tidak mudah dibelokkan dari tujuan yang diyakini.

4. Ketahanan, yaitu tahan menderita akibat perbuatan dan keyakinannya.

5. Tenang, yaitu berhati tenang, tidak selalu menuruti perasaan (emosi) dan tidak lekas marah. 

6. Kebesaran, yaitu suka melakukan pekerjaan yang penting atau besar.


B. Dalil Perilaku Syajā'ah (Berani Membela Kebenaran)

Berikut ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang dalil perilaku syaja'ah (berani membela kebenaran). Allah berfirman dalam es. Al-Ma'idah/5: 8

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ


Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil Berlaku adillah. Karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Ma'idah/5: 8)


Isi kandungan QS. Al-Ma'idah/5: 8

1. Ayat ini memerintahkan orang beriman agar melaksanakan pekerjaan dengan cermat, jujur dan ikhlas karena Allah Swt. baik pekerjaan terkait dengan urusan akhirat maupun urusan dunia.


2. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak boleh mendorong tidak berlaku jujur atau berlaku tidak adil.


3. Harus adil dalam memberikan persaksian tanpa melihat siapa orangnya, seseorang walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat. 


4. Keadilan wajib ditegakkan dalam segala hal, karena keadilan menimbulkan ketenteraman, kemakmuran dan kebahagiaan dan ketidakadilan akan membawa kesengsaraan.


5. Janji Allah Swt. berupa ampunan dan pahala yang besar bagi orang yang beriman dan melakukan amal saleh.


C. Macam-Macam Syaja'ah.

Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:


1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.


2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran.


Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan sebagai berikut:

1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.

2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.

3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.


Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:

a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.


b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.


c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.


d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.


e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.


f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.


D. Kaitan antara Syaja'ah dengan Upaya Mewujudkan Kejujuran dalam kehidupan Sehari-hari

Sikap syaja'ah yang dimiliki seseorang, akan mewujudkan sikap jujur. Hal tersebut karena ada keterkaitan antara syaja'ah dengan upaya mewujudkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut.


1. Syaja'ah sebagai salah satu induk dari akhlak mulia, berarti sesuatu yang selalu sejalan dengan nilai-nilai kebaikan, kebenaran, dan kejujuran. Hanya orang-orang yang memiliki sifat syajd'ah saja yang berani bersikap jujur dalam segala kondisi.


2. Perilaku syaja'ah merupakan bagian dari amal saleh, yaitu setiap pekerjaan yang baik, bermanfaat dan patut dikerjakan. Untuk terbentuknya sifat syaja'ah diperlukan waktu dan upaya dari orang dewasa, salah satunya dengan membiasakan sifat jujur sedini mungkin dalam kehidupan sehari-hari.


E. Hikmah Syaja’ah.

Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.


Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.


Tidak ada komentar